Kekuasaan Allah yang tiada tandingannya mengikat semua makhluk. Pengalaman dan penglihatan telah membuka suatu sisi cakrawala kehidupan. Seberapa jauh perjalanan yang telah ditempuh dalam dimensi ruang, atau seberapa lama waktu yang telah dihabiskan untk menempuh perjalanan peradaban manusia? Ruanga dan waktu terhampar di hadapan laksana tak berujung dan bertepi.
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi (alam semesta) itu sebelumnya keduanya adalah satu yang padat, kemudian Kami cerai-beraikan Antara keduanya.” (AL-Anbiya: 30)
Dalam hal ini, para ahli astronomi menguraikan salah atu model bagaimana alam semesa terbentuk, yaitu model ledakan dahsyat (Big bang). Dikemukanan bahwa awalnya alam semesa berasal dari suatu gumpalan yang sangat padat, kemudian meledang membangun seluruh alam semesta. Pendapat ini mengarahkan kita pada suatu kerangka berfikir bahwa galaksi-galaksi tersebut bergerak menjauhi “titik awal ledakan” (yaitu tempat saat pertama alam semesta diciptakan). Kecepatan gerak seluruh “material” alam semesta ini sangat tinggi karena bergerak di dalam ruang hampa dan tanpa pengaruh berarti dari material lainnya sehingga kecepatan bintang-bintang bergerak menjauhi titik awal ledakan mencapai 100.000 km per detik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku alam semesta ini dalam ukuran bentuknya laksana sebuah balon yang ditiup dan membesar secara terus-menerus dengan jarijari bertambah setiap detik sebesar 100.000 km.
“Dan langit itu Aku bangun dengan kekuasaan-Ku, dan Aku meluaskannya.” (Adz-Dzariyat:47)
“Apakah mereka tak melihat awan, bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ditinggikan?” (Al-Ghasyiyah:17, 18)
“Mampukah kamu menandingi penciptaan alam semestta dengan langit dan strukturnya. Ia kembangkan terus dengan seluruh gejalanya.” (An-Nazi’at: 27-28)
“Mahasucikanlah Tuhanmu yang Maha Luhur, yang mencitakan segala sesuatu dan lalu mengembangkannya. Dan yang memberikan sifat-sifat dengna ukurannya serta menjadikannya petunjuk.” (Al-A’la:1-3)
Proses ledakan ini merupakan awal dari pembentukan ruang yang disebut sebagai alam semesta. Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa settiap makhluk yang diciptakan-Nya diberikan hak prerogatid menempati suatu ruang secara unik; artinya, tidak boleh ada suatu tempatt yang di tempati lebih dari satu makhluk-Nya. Hukum Allah ini dirumuskan oleh Archimedes lebih dari 15 abad silam.
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan dijadikan adanya matahari yang bersinar dan bulan bercahaya.” (Al-Furqan: 61)
Sebagian dari makhluk ciptaan-Nya yang tidak terlihat oleh fisik mata manusia karena jarak yang jauh dan ukuran yang sangat besar adalah benda langit yang disebut “bintang”. Kelompok bintang yang berdekatan membentuk rasi bintang. Kelompok kelompok bintang berada dalam satu kumpulan disebut galaksi, tak terhitung banyaknya galaksi. Di alam semesta ini diaksir erdaat sekiar 10.000.000.000 galaksi. Matahari yang menerangi bumi merupakan salah satu dari bintang-bintang di langit. Galaksi tempat matahari dan bumi berada dinamai Bimasakti. Orang-orang memperkirakan dalam galaksi Bimasakti terdapat tak kurang dari 100.000.000.000 buah bintang.
Atas dasar pengetahuan ini, dapatkah dibayangkan berapa buah bintang yang ada di seluruh alam semesta ini? Betapa besar alam semesta, rasanya tidak mungkin terbayangkan oleh keterbatasan manusia. Matahari yang menerangi bumi memiliki diameter kira kira 100 kali besarnya diameter bumi. Padahal matahari bukanlah merupakan bintang besar, masih terdapat bintang lain yang jauh lebih besar dari matahari dan jumlahnya sangat banyak.
Berapakah jarak antara satu bintang ke bintang lainnya? Apabila jarak tersebut antara bintang ke bintang lainnya dinyatakan dalam ukuran meter, akan sangat sulit menyebutkannya karena penulisan jumlah angka yang sangat panjang. Untuk menyatakan jarak antara dua kedudukan di dalam alam semesta yang demikian luas ini, sebutlah jarak antara satu bintang dengan bintang lainnya, para ilmuwan menggunakan lintasan lurus perjalanan cahaya.
Dalam satu detik cahaya menempuh 300.000.000 meter. Artinya, dalam satu detik saja cahaya dapat menempuh perjalanan lebih dari sertaus kali pulang pergi dari ujung barat sampai ujung timur negara Indonesia. Padahal kemampuan tercepat manusia terbang dengan pesawat komersil masih dibawah 350 meter per detiknya, atau untuk menempuh jarak dari ujung timur ke ujung barat negara Indonesia saja masih diperlukan setengah hari. Jarak antara bumi dan matahari dihitung oleh para ahli sebesar 149.600.000 km diempuh oleh cahaya hanya dalam waktu sekitar delapan menit dalam lima belas detik saja.
Secara popular dalam ilmu Astronomi ukuran jarak antara kedudukan dalam alam semesta digunakan satuan tahun cahaya. Ukuran satu tahun cahaya, yaitu jarak yang ditempuh oleh satu berkas cahaya dalam waktu satu tahun. Apabila datanyakan dalam ukuran satuan kilometer atau ribuan meter, jarak satu tahun cahaya adalah sekitar 9.500.000.000.000 km.
Para ahli memberikan data bahwa bintang Alfa Centauri, sebagai bintang terdekat dengan matahari berjarak sekitar 4,3 tahun cahaya. Bintang-bintang bertaburan di angkasa luas, yang tampak berkelap kelip di malam hari, banyak di antaranya yang berjarak jutaan tahun cahaya dari sisem tata surya ini.
Apabila ukuran-ukuran dalam ruang alam semesta tersebut dibandingkan dengan diameter bumi yang besarnya hanya 12.725 km, betapa kecilnya bumi tempat kita hidup ini. Tentu dapat dibayangkan bahwa bumi ini laksana sebutir debu halus yang mungkin tidak tampak oleh mata, sedang melayang layang ditengah stadion sepak bola raksasa. Apatah pula apabila semua ukuran tersebut dibandingkan dengan ukuran tubuh manusia yang tingginya sekitar dua meter dan bobotnya sekitar 75 kg saja. Betapa kecil dan seolah tanpa makna serta peran keberadaan tubuh kita dalam mengisi “ruang jagat raya” yang maha luas ini.
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya kedudukan-kedudukan bagi perjalanan bulan, supaya kamu mengetahui hitungan dan perhitungan waktu…” (Yunus: 5)